Ikan nila merupakan
salah satu ikan yang memeiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan nila memiliki daging
yang tebal dan rasa yang enak. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan
oleh oemerintah melalui Direktur Jendral Perikanan. Menurut Agusnandi (2017), Kualitas dan performa ikan nila
perlu ditingkatkan terkait tingginya potensi ikan ini sebagai komoditas
akuakultur. Peningkatan kualitas dapat dilakukan melalui kegiatan pemuliaan.
Persyaratan Lokasi budidaya Ikan
Nila :
a Tanah
yang baik adalah tanah jenis liat/ lempung dan dapat menahan massa air yang
besar
- Kemiringan kolam antara 3-5 %
- Kualitas air harus bersih. Kekeruhan air yang disebabkan oleh lumpur akan memperlambat pertumbuhan ikan.
- Debit air untuk kolam tenang 8-15 liter/detik/ha.
- Nilai keasaman air (pH) antara 6-8,5, sedangkan keasaman air (pH) yang optimal 7-8.
- Suhu air yang optimal 25-30 0C.
- Kadar air garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
Seleksi Induk
Seleksi
induk dilakukan dengan melihat ciri morfologi ikan dan proses kanulasi. Secara morfologi,
induk ikan yang siap untuk memijah memiliki lubang genital bewarna kemerahan
dan cenderung menonjol, dan pada induk betina ukuran perut nampak lebih besar. Proses
kanulasi dilakukan menggunakan kateter berdiameter 10 mm. Telur diambil
secukupnya kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Setelah itu, telur diamati
dengan melihat diameter, warna telur, dan keseragaman telur. Telur yang
berkualitas baik akan berwarna kuning kecoklatan dan memiliki ukuran yang
cenderung seragam (Agusnandi.,2017).
Pemijahan Induk
Pemijahan
induk dilakukan sehari setelah proses seleksi induk. Induk jantan dan betina dipelihara
dalam satu akuarium dengan perbandingan 1:1 yang dipisahkan dengan kaca penyekat,
kemudian induk betina disuntik menggunakan ovaprim TM (Syndel, Kanada) yang
dikombinasikan dengan hormon oxytocin-10 TM (Interchemie, Belanda), sedangkan
induk jantan hanya disuntik menggunakan ovaprim.Volume total hormon yang
digunakan sebesar 0,4 mL/kg. Penyuntikan dilakukan secara intra-muskuler
menggunakan syringe berukuran 1 mL, selanjutnya dilakukan pengenceran
menggunakan larutan akuabides dengan perbandingan 1:2, lalu dihomogenkan dan
dilakukan proses penyuntikan. Penyuntikan dilakukan dua kali; 30% dosis pada
penyuntikan pertama, dan sisanya pada penyuntikan kedua. Jarak waktu antar
penyuntikan adalah 12 jam. Setelah penyuntikan kedua,dilakukan pengamatan
setiap 30 menit selama 10 jam hingga induk betina ovulasi, kemudian dilakukan stripping
untuk pengambilan telur, lalu telur dicampurkan dengan sperma kemudian
ditambahkan air untuk proses pembuahan, selanjutnya campuran tersebut diaduk
dengan bulu ayam secara perlahan selama 5-10 menit, kemudian dibilas dengan air
hingga bersih, terakhir telur dimasukkan ke dalam wadah inkubasi. Setelah
proses pemijahan terjadi maka dilakukan pencatatan hasil berupa waktu ovulasi,
jumlah telur yang diovulasikan, derajat pembuahan telur/ fertilization rate (FR),
derajat penetasan telur/hatching rate (HR), dan tingkat kelangsungan hidup/ survival
rate (SR) larva hingga berumur 2 minggu (Agusnandi.,2017).
Fekunditas
Fekunditas
yaitu jumlah telur yang terdapat pada induk ikan yang telah matang gonad dan
siap untuk dikeluarkan pada proses pemijahan. Fekunditas memiliki nilai yang
sangat bervariasi sesuai dengan spesies ikan.
Diameter telur dan Bobot telur
Diameter
telur ada hubungannya dengan fekunditas, semakin banyak telur yang dipijahkan
maka ukuran diameter telurnya semakin kecil demikian pula sebaliknya.
Fertilization Rate (FR)
Perhitungan
FR dilakukan untuk mengetahui banyaknya telur yang telah dibuahi dalam satu
siklus.
Hatching Rate (HR)
Perhitungan
HR dilakukan untuk mengetahui daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas.
HR dihitung dengan menggunakan rumus effendi (2002) dalam Prabowo et al.,
(2016), yaitu
HR
(%)= 

Berdasarkan
Effendi (1997) dalam Prabowo et al., (2016)
rumus yang digunakan, yaitu :
FCR
= 

Keteranagan
:
FCR : Rasio konversi pakan (%)
F :Berat pakan yang diberikan (g)
Wt : Bobot biomassa ikan uji pada akhir
pemeliharaan (g)
Wo :Bobot biomassa ikan uji pada awal
pemeliharaan (g)
D :Bobot ikan mati (g)
Survival Rate (SR)
Yaitu
untuk mengetahui kelulushidupan ikan yang telah dibudidaya. Berdasarkan
Zonneveld et al.,(1991) dalam Prabowo et al., (2016)
rumus yang digunakan, yaitu :
SR
= 

Keterangan
:
SR :Tingkat kelulushidupan (%)
Nt : Jumlah kultivan pada akhir penelitian
No : Jumlah kultivan pada awal penelitian
Daftar
Pustaka
Agusnandi.F.2017. pemijahan buatan pada ikan nila (oreochromis
niloticus) dengan penyuntikan ovaprim dan hormon oksitosin.[Skripsi]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor
Prabowo.B.T.,Titik.S dan
Ristiawan.A.N.2016.Analisis Karakter Reproduksi Ikan Nila Pandu (F6)
(Oreochromis niloticus) Persilangan Strain Nila Merah Singapura Menggunakan
Sistem Resirkulasi pada Pendederan 1.Journal of Aquaculture Management and
Technology.5(1):54-63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar