Jumat, 02 Maret 2018

Ikan nila merupakan salah satu ikan yang memeiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan nila memiliki daging yang tebal dan rasa yang enak. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh oemerintah melalui Direktur Jendral Perikanan. Menurut Agusnandi (2017), Kualitas dan performa ikan nila perlu ditingkatkan terkait tingginya potensi ikan ini sebagai komoditas akuakultur. Peningkatan kualitas dapat dilakukan melalui kegiatan pemuliaan. 

Persyaratan Lokasi budidaya Ikan Nila :
a       Tanah yang baik adalah tanah jenis liat/ lempung dan dapat menahan massa air yang besar

  1. Kemiringan kolam antara 3-5 % 
  2. Kualitas air harus bersih. Kekeruhan air yang disebabkan oleh lumpur akan memperlambat pertumbuhan ikan.
  3. Debit air untuk kolam tenang 8-15 liter/detik/ha.
  4. Nilai keasaman air (pH) antara 6-8,5, sedangkan keasaman air (pH) yang optimal 7-8.
  5. Suhu air yang optimal 25-30 0C. 
  6. Kadar air garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan dengan melihat ciri morfologi ikan dan proses kanulasi. Secara morfologi, induk ikan yang siap untuk memijah memiliki lubang genital bewarna kemerahan dan cenderung menonjol, dan pada induk betina ukuran perut nampak lebih besar. Proses kanulasi dilakukan menggunakan kateter berdiameter 10 mm. Telur diambil secukupnya kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Setelah itu, telur diamati dengan melihat diameter, warna telur, dan keseragaman telur. Telur yang berkualitas baik akan berwarna kuning kecoklatan dan memiliki ukuran yang cenderung seragam (Agusnandi.,2017).

Pemijahan Induk

Pemijahan induk dilakukan sehari setelah proses seleksi induk. Induk jantan dan betina dipelihara dalam satu akuarium dengan perbandingan 1:1 yang dipisahkan dengan kaca penyekat, kemudian induk betina disuntik menggunakan ovaprim TM (Syndel, Kanada) yang dikombinasikan dengan hormon oxytocin-10 TM (Interchemie, Belanda), sedangkan induk jantan hanya disuntik menggunakan ovaprim.Volume total hormon yang digunakan sebesar 0,4 mL/kg. Penyuntikan dilakukan secara intra-muskuler menggunakan syringe berukuran 1 mL, selanjutnya dilakukan pengenceran menggunakan larutan akuabides dengan perbandingan 1:2, lalu dihomogenkan dan dilakukan proses penyuntikan. Penyuntikan dilakukan dua kali; 30% dosis pada penyuntikan pertama, dan sisanya pada penyuntikan kedua. Jarak waktu antar penyuntikan adalah 12 jam. Setelah penyuntikan kedua,dilakukan pengamatan setiap 30 menit selama 10 jam hingga induk betina ovulasi, kemudian dilakukan stripping untuk pengambilan telur, lalu telur dicampurkan dengan sperma kemudian ditambahkan air untuk proses pembuahan, selanjutnya campuran tersebut diaduk dengan bulu ayam secara perlahan selama 5-10 menit, kemudian dibilas dengan air hingga bersih, terakhir telur dimasukkan ke dalam wadah inkubasi. Setelah proses pemijahan terjadi maka dilakukan pencatatan hasil berupa waktu ovulasi, jumlah telur yang diovulasikan, derajat pembuahan telur/ fertilization rate (FR), derajat penetasan telur/hatching rate (HR), dan tingkat kelangsungan hidup/ survival rate (SR) larva hingga berumur 2 minggu (Agusnandi.,2017).

Fekunditas

Fekunditas yaitu jumlah telur yang terdapat pada induk ikan yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada proses pemijahan. Fekunditas memiliki nilai yang sangat bervariasi sesuai dengan spesies ikan.

Diameter telur dan Bobot telur

Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas, semakin banyak telur yang dipijahkan maka ukuran diameter telurnya semakin kecil demikian pula sebaliknya.

Fertilization Rate (FR)

Perhitungan FR dilakukan untuk mengetahui banyaknya telur yang telah dibuahi dalam satu siklus.


Hatching Rate (HR)
Perhitungan HR dilakukan untuk mengetahui daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas. HR dihitung dengan menggunakan rumus effendi (2002) dalam Prabowo et al., (2016), yaitu
HR (%)=

Berdasarkan Effendi (1997) dalam Prabowo et al., (2016) rumus yang digunakan, yaitu :
FCR =
Keteranagan :
FCR    : Rasio konversi pakan (%)
F          :Berat pakan yang diberikan (g)
Wt       : Bobot biomassa ikan uji pada akhir pemeliharaan (g)
Wo      :Bobot biomassa ikan uji pada awal pemeliharaan (g)
D         :Bobot ikan mati (g)
Survival Rate (SR)
Yaitu untuk mengetahui kelulushidupan ikan yang telah dibudidaya. Berdasarkan Zonneveld et al.,(1991) dalam Prabowo et al., (2016) rumus yang digunakan, yaitu :
SR =
Keterangan :
SR       :Tingkat kelulushidupan (%)
Nt        : Jumlah kultivan pada akhir penelitian
No       : Jumlah kultivan pada awal penelitian

Daftar Pustaka
Agusnandi.F.2017. pemijahan buatan pada ikan nila (oreochromis niloticus) dengan penyuntikan ovaprim dan hormon oksitosin.[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Prabowo.B.T.,Titik.S dan Ristiawan.A.N.2016.Analisis Karakter Reproduksi Ikan Nila Pandu (F6) (Oreochromis niloticus) Persilangan Strain Nila Merah Singapura Menggunakan Sistem Resirkulasi pada Pendederan 1.Journal of Aquaculture Management and Technology.5(1):54-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar