PENDAHULUAN
Produksi perikanan tangkap Daerah Istimewa Yogyakarta
tidak mampu memenuhi permintaan masyarakat sehingga menuntut pemerintah mulai
mengembangkan perikanan budidaya air tawar. Pengembangan budidaya air tawar
juga didukung oleh ketersediaan lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Jenis ikan yang prospektif untuk dikembangkan adalah ikan Lele, Nila dan Gurami
yang permintaannya cenderung tetap atau bahkan mengalami kenaikan tiap tahun.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui kelayakan usaha pembenihan dan
pembesaran komoditi ikan Nila, Lele dan Gurami di Kabupaten Sleman, (2)
menghitung kontribusi usaha pembenihan, maupun pembesaran dari ikan Nila, Lele
dan Gurami dan (3) merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan budidaya
ikan konsumsi air tawar untuk pemerintah dan pembudidaya ikan.
METODELOGI PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dasar deskripsi analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada
pemecahan-pemecahan masalah yang merupakan fakta atay keadaan sebenarnya.
Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional random sampling masing-masing
berjumlah 15 orang dari pembenihan dan pembesaran ikan Lele, Nila dan Gurami,
sehingga ada 90 orang responden yang dijadikan sampel. Data yang terkumpul
kemudian ditabulasikan dan dianalisis menggunakan
1.
Analisis biaya dan pendapatan
Analaisis biaya dan pendapatan dilakukan dengan
menghitung komponen biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh pembudidaya (biaya
eksplisit) yang meliputi biaya indukan, benih, sewa lahan, perawatan peralatan,
pupuk, kapur, listrik.
2.
Analisis kelayakan usaha
Biaya pada usaha budidaya ikan dapat dikelompokkan
menjadi biaya awal yang merupakan biaya yang digunakan sebelum usaha berjalan
dan biaya operasional yang terjadi ketika usaha berjalan dan sudah menghasilkan
produk.
3.
Analisis sensivitas usaha
Analisis sensivitas diberlakukan pada
komponen-komponen yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelayakan usaha,
seperti biaya produksi dan komponen harga output. Hal ini karena usaha budidaya
ikan umumnya relatif rentan terhadap faktor-faktor eksternal seperti serangan
hama penyakit, iklim, dan adanya perubahan kondisi pasar.
4.
Strategi
Perumusan strategi dilakukan dengan mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal dari tiga responden pembudidaya Lele, Nila dan
Gurami.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Analisis
Biaya dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar
Biaya
yang digunakan dalam usaha budidaya Ikan air tawar meliputi biaya ekspilist
(terlihat secara fisik) dan impilist (tidak secara langsung), biaya tersebut
digunakan untuk menghitung pendapatan dan keuntungan. Pendapatan pembudidaya
dapat dipengaruhi oleh luas lahan. Lahan yang perlu disesuaikan meliputi 3
faktor yaitu kualitas air (suhu, DO, pH), pemanfaatan lahan, dan infrastruktur
(pemukiman, sungai, jalan). Menurut Radiarta et.al (2012) tujuh parameter penting yang terpilih dikelompokkan
menjadi tiga sub-model (faktor) meliputi : kualitas air, pemanfaatan lahan, dan
infrastruktur.
Semakin
besar luas lahan, maka semakin banyak benih ikan yang dapat dibudidayakan,
sehingga pendapatan yang diperoleh akan semakin besar. Pendapatan pada usaha
pembenihan lebih besar dibandingkan pada usaha pembesaran karena usaha pada
pembenihan lebih cepat yaitu hanya dipelihara antara 21 hari hingga 60 hari
tergantung pada pembudidaya ikan akan di panen pada ukuran berapa. Semakin
besar ukuran ikan, maka semakin tinggi harga jual, dan pendapatan yang
diperoleh semakin besar.
2.
Analisis
Kelayakan dan Sensitivitas Usaha
Analisis
finansial merupakan analisis yang digunakan untuk melihat kelayakan dari
masing-masing usaha budidaya dilihat dari sisi penanaman modal. Terdapat
beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai penentu kelayakan usaha
budidaya ikan yaitu NPV, IRR, net B/C Ratio, PP dan analisis Sensitivitas.
Diantara jenis usaha dan jenis ikan yang dibudidayakan dari berbagai analisis
kelayakan, usaha pembenihan lele merupakan usaha yang sangat disarankan karena memiliki
keuntungan yang besar.
Analisis
sensitivitas digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi jika terdapat suatu
kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Analisis
sensitivitas pada usaha budidaya ikan dilakukan untuk melihat seberapa besar
usaha pembenihan mampu bertahan bila faktor produksi ataupun penerimaan mengalami
kenaikan maupun penurunan.
3.
Analisis
BEP
BEP (break even point) merupakan titik
dimana tidak ada pendapatan atau dengan kata lain, total dari biaya produksi sama dengan hasil produksi. Analisis Break Even Point (BEP)
digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel didalam kegiatan perusahaan
yakni biaya produksi, volume produksi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan
(Lembong, et al, 2015). Dengan menghitung BEP,
kita dapat mengetahui target berapa (kg) produk yang akan dicapai maupun berapa
(rp) hasil yang akan diperoleh. Sedangkan untuk BEP produk adalah dimana biaya
produksi per kg sama dengan harga pasar.
Berdasarkan table tentang perhitungan
BEP dari budidaya lele, nila dan gurami, dapat disimpulkan bahwa hasil rata
rata berada diatas nilai BEP. Namun terdapat nilai yang berada di bawah BEP,
yaitu pada pembenihan gurame ukuran 9-10. Hal ini dapat disebabkan karena
penetapan padat tebar yang kurang optimal sehingga biaya produksi lebih tinggi
daripada penerimaan. Kerugian ini dapat diatasi salah satunya dengan penetapan
padat tebar yang optimal, peningkatan FCR, pemberian pakan alami atau dapat
juga dengan diversivikasi usaha. Menurut Lembong, et al (2015) bahwa
disarankan pakan organik perlu dimanfaatkan oleh petani agar biaya pakan dapat
ditekan dan keuntungan yang diperoleh lebih tinggi.
Kontribusi
pendapatan usaha budidaya gurami terhadap pendapatan keluarga
Hasil data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa pendapatan usaha budidaya gurami ini per bulan sebesar 48,87%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha
budidaya ikan gurami dapat dijadikan sumber mata pencaharian pokok karena
pendapatan yang diterima melebihi dari UMK (upah minimum karyawan) di sleman
yang menujukkan anggka sebesar Rp. 1.127.000 sedangkan hasil produksi yang
diperoleh yaitu sebesar Rp. 1.588.710.
Analisis SWOT pengembangan usaha budidaya ikan air
tawar
Strategi
pengembangan usaha budidaya dilakukan untuk menentukan tujuan dari suatu
perusahaan. Analisis strategi dilakukan dengan mengetahui bebragai factor
internal dan eksternal perusahaan, kemudian dianalisis dengan menggunakan
matrix swot. Factor internal meliputi dari kekuatan dan kelemahan perusahaan
sedangkan eksternal factor bias berupa peluang dan ancaman. Dari pengumpulan
data tentang strategi usaha budidaya didapatkan point-point dari beberapa faktor:
Faktor internal
|
Faktor eksternal
|
Kekuatan (strength)
·
Ketersediaan lahan
·
Ketersediaan sumber air
·
Ketersediaan tenaga kerja
·
Ketersediaan sarpras
·
Ketrampilan masyarakat
|
Peluang (opportunity)
·
Permintaan pasar meningkat
·
Permintaan benih tinggi
·
Pertumbuhan usaha perikanan masih rendah
·
Kebijakan pemerintah mendukung pengembangan usaha perikanan
|
Kelemahan (weakness)
·
Indukan yang kurang berkualitas
·
Penerapan teknologi rendah
·
Pemasaran hasil masih pasif dan sederhana
·
Fungsi kelembagaan belum optimal
·
System keuangan kurang optimal
|
Ancaman (threats)
·
Flukstuasi musim dan ancaman penyakit
·
Peningkatan suku bunga
·
Kenaikan harga pakan
·
Masuknya psok benih dan induk dari luar daerah
|
DAFTAR PUSTAKA
Lembong, J, E., N, M, Santa., A,
Makalew., F, H, Elly. 2015. Analisis Break Even Point Usaha Ternak Itik
Pedaging. Jurnal Zootek. 35(1): 39-45.
Radiarta, I.
Nyoman, J. Subagja, A. Saputra; Erlania. 2012. Pengembangan Budidaya Ikan Lele
di Kawasan Minapolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat: Aspek Kesesuaian Lahan,
Implementasi Produksi dan Strategi Pengembangan. Jurnal Riset Akuakultur. 7(2):
307-320.
Yuwani, S. H.,
Irham; Jamhari. 2014. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha
Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Sleman. Agro Ekonomi. 25(2): 135-143.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar