Klasifikasi dan Morfologi
Cacing sutra (Tubifex sp),
menurut Gusrina (2008) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies: Tubifex
sp
Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang
kecil serta ramping dengan panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni
merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga
sering juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis
benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis,
tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran pencernaan, termasuk kelompok
Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit
mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan
organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang telah terurai dan
mengendap di dasar perairan tersebut.hal ini diperkuat oleh Pardiansyah et
al.,2014 yang menyatakan bahwa Cacing sutra mempunyai habitat lingkungan dengan
konduktivitas tinggi,kedalaman rendah, sedimen liat-berpasir atau liat-yang
berubah-ubah dari bahan organik.
Siklus Hidup
|
Tubifex bersifat hermaprodit.Pada satu
organisme mempunyai 2 alat kelamin.Telur Tubifex dihasilkan oleh cacing yang
mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh cacing lain yang mengalami
kematangan sel kelamin jantan.Pembuahan menghasilkan kokon. Kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat
telur yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm.Kokon
ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh cacing yang
disebut klitelum.Telur
yang ada didalam tubuh mengalami pembelahan,selanjutnya berkembang membentuk
segmen-segmen.Setelah beberapa hari embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari
kokon.Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4 –
5 buah.Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari.
Induk tubifex dapat menghasilkan kokon setelah berumur 40 – 45 hari.Sementara
proses perkembangan embrio didalam kokon berlangsung selama 10 – 12 hari.
Teknik
Budidaya
Budidaya cacing
rambut dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a.
Persiapan pertama untuk
budidaya cacing rambut adalah persiapan bak pemeliharaan. Mula-mula bak
dikeringkan, kemudian ditaburi
dengan media budidaya.
b.
Perbandingan media yang
digunakan adalah kotoran ayam segar /
dedak halus sebanyak 50 % dan lumpur sebanyak 50 % dengan tinggi media
5 cm. Pemupukan ulang dilakukan setiap minggu dengan menggunakan kotoran ayam
atau dedak halus sebanyak 9 %.
c.
Bak pemeliharaan
cacing rambut kemudian
dialiri air dengan
debit 900 menit.
d.
Bibit cacing
rambut ditebar sehari
sesudah media kultur
dialiri air. Penebaran bibit
dimulai dengan membuat
lubang kecil-kecil di
atas petakan. Jarak antar lubang 10 - 15 cm. Lubang ini diisi dengan
koloni bibit cacing ± 10 ekor / lubang.
e.
Bak pemeliharaan cacing
rambut dialiri air setiap saat dengan debit kecil (ada aliran air). Aliran air
ini berfungsi untuk menjaga kualitas air.
f.
Hal lain yang perlu
dikontrol adalah konsentrasi amoniak (NH3) dalam air. Gas beracun ini biasanya dihasilkan dari proses pembusukan
bahan organik, terutama kotoran ayam. Konsentrasi NH3 yang terlalu tinggi dapatmengakibatkan
kematian massal cacing rambut. Oleh karena itu, aliran air yang kecil
diperlukan untuk membuang gas NH3.
g.
Masa pemeliharaan cacing rambut sekitar 2 minggu.
Bila kondisi lingkungan cocok
dan jumlah pakannya
cukup, bibit cacing
rambut akan berkembang dengan
cepat.
h.
Pemanenan cacing
rambut dilakukan setelah 2 bulan pemeliharaan dan dapat dipanen setiap hari dengan metode
panen acak.
i.
Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan serokan dari terilin. Cacing rambut yang
didapat dan masih
bercampur dengan media budidaya
dimasukkan ke dalam ember atau bak yang diisi air, kira-kira 1 cm di atas media
budidaya agar cacing rambut naik ke permukaan.
Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama 6
jam. Setelah itu cacing yang menggerombol diambil dengan menggunakan tangan.
j.
Dengan cara
ini diperoleh cacing
tubifex sebanyak 30 - 50 g / m2 per 2 minggu.
Nilai Nutrisi, Kelebihan-Kekurangan sebagai pakan alam
Cacing sutra (Tubifex sp) memiliki kandungan protein
dan lemak yang tinggi. Kandungan protein cacing sutra berkisar antara 40%-60%.
Sedangkan kandungan lemaknya berkisar antara 13%-21%. Protein sangat dibutuhkan
oleh ikan dalam membentuk dan memperbaiki jaringan dalam tubuh ikan. Protein
tinggi dalam makanan juga dapat membantu ikan untuk memproduksi telur atau
sperma dengan kualitas baik dengan jumlah yang relatif banyak. Lemak juga
dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber energi untuk bergerak.
Cacing sutra juga sangat membantu dalam proses penjinakan ikan karena hampir semua jenis ikan, baik karnivora maupun herbivora menyukai cacing sutra. Dalam hal ini bisa membantu dalam tahap pengenalan pakan buatan kepada ikan. Menurut Adam, et al (2013) yang menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu diatas 50%.
Cacing sutra juga sangat membantu dalam proses penjinakan ikan karena hampir semua jenis ikan, baik karnivora maupun herbivora menyukai cacing sutra. Dalam hal ini bisa membantu dalam tahap pengenalan pakan buatan kepada ikan. Menurut Adam, et al (2013) yang menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu diatas 50%.
Cacing sutra
yang ada dipasaran didapat dari alam. Jadi kemungkinan cacing sutra tersebut
membawa penyakit atau parasit. Untuk mencegah tertular penyakit dari cacing,
cuci sampai bersih cacing dan rendam dalam air bersih sebelum diberikan pada
ikan.
Cacing sutra juga tidak dapat bertahan hidup lama apabila tidak adanya perlakuan khusus. Dan apabila cacing sutra mati, akan menimbulkan aroma yang sangat tidak sedap. Jika cacing sutra mati dalam aquarium atau kolam ikan, bisa mengakibatkan meningkat jumlah amoniak secara drastis. Peningkatan amoniak ini bisa menjadi racun bagi ikan dalam aquarium atau kolam.Perlakuan khusus yang dimaksud dapat berupa pemberian aerator atau bahkan wadah penyimpanan dialiri dengan air.Yang paling bagus adalah dengan mengairi wadah terus menerus. Selain bertahan hidup lebih lama, apabila air yang mengairi cacing itu terdapat bahan makanan yang memadai, tidak menutup kemungkinan cacing malah dapat berkembang biak walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Cacing sutra juga tidak dapat bertahan hidup lama apabila tidak adanya perlakuan khusus. Dan apabila cacing sutra mati, akan menimbulkan aroma yang sangat tidak sedap. Jika cacing sutra mati dalam aquarium atau kolam ikan, bisa mengakibatkan meningkat jumlah amoniak secara drastis. Peningkatan amoniak ini bisa menjadi racun bagi ikan dalam aquarium atau kolam.Perlakuan khusus yang dimaksud dapat berupa pemberian aerator atau bahkan wadah penyimpanan dialiri dengan air.Yang paling bagus adalah dengan mengairi wadah terus menerus. Selain bertahan hidup lebih lama, apabila air yang mengairi cacing itu terdapat bahan makanan yang memadai, tidak menutup kemungkinan cacing malah dapat berkembang biak walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar