Minggu, 23 April 2017

Cacing Sutra

Klasifikasi dan Morfologi

 

Cacing sutra (Tubifex sp), menurut Gusrina (2008) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Filum   : Annelida
Kelas   : Oligochaeta
Ordo    : Haplotaxida
Famili  : Tubifisidae
Genus  : Tubifex
Spesies: Tubifex sp                    


Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut.hal ini diperkuat oleh Pardiansyah et al.,2014 yang menyatakan bahwa Cacing sutra mempunyai habitat lingkungan dengan konduktivitas tinggi,kedalaman rendah, sedimen liat-berpasir atau liat-yang berubah-ubah dari bahan organik.
 
Siklus Hidup
Reproduksi Tubifex sp
 
Tubifex bersifat hermaprodit.Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin.Telur Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan.Pembuahan menghasilkan kokon. Kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur yang berukuran panjang  kira-kira 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm.Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh cacing yang disebut klitelum.Telur yang ada didalam tubuh mengalami pembelahan,selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen.Setelah beberapa hari embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari kokon.Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4 – 5 buah.Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari. Induk tubifex dapat menghasilkan kokon setelah berumur 40 – 45 hari.Sementara proses perkembangan embrio didalam kokon berlangsung selama 10 – 12 hari.

Teknik Budidaya
Budidaya  cacing  rambut  dapat  dilakukan  dengan  cara  sebagai berikut :
a.       Persiapan pertama untuk budidaya cacing rambut adalah persiapan bak pemeliharaan. Mula-mula  bak  dikeringkan,  kemudian  ditaburi  dengan media budidaya.
b.      Perbandingan media yang digunakan adalah kotoran ayam segar  / dedak halus  sebanyak  50  %  dan lumpur sebanyak 50 % dengan tinggi media 5 cm. Pemupukan ulang dilakukan setiap minggu dengan menggunakan kotoran ayam atau dedak halus sebanyak 9 %.
c.       Bak  pemeliharaan  cacing  rambut  kemudian  dialiri  air  dengan  debit  900 menit.
d.      Bibit  cacing  rambut  ditebar  sehari  sesudah  media  kultur  dialiri  air. Penebaran  bibit  dimulai  dengan  membuat  lubang  kecil-kecil  di  atas petakan. Jarak antar lubang 10 - 15 cm. Lubang ini diisi dengan koloni bibit cacing ± 10 ekor / lubang.
e.       Bak pemeliharaan cacing rambut dialiri air setiap saat dengan debit kecil (ada aliran air). Aliran air ini berfungsi untuk menjaga kualitas air.
f.       Hal lain yang perlu dikontrol adalah konsentrasi amoniak (NH3) dalam air. Gas beracun ini  biasanya dihasilkan dari proses pembusukan bahan organik, terutama kotoran ayam. Konsentrasi NH3  yang terlalu tinggi dapatmengakibatkan kematian massal cacing rambut. Oleh karena itu, aliran air yang kecil diperlukan untuk membuang gas NH3.
g.      Masa  pemeliharaan cacing rambut sekitar 2 minggu. Bila  kondisi lingkungan  cocok  dan  jumlah  pakannya  cukup,  bibit  cacing  rambut  akan berkembang dengan cepat.
h.      Pemanenan  cacing  rambut  dilakukan  setelah 2 bulan pemeliharaan  dan dapat dipanen setiap hari dengan metode panen acak.
i.        Pemanenan dilakukan dengan menggunakan serokan  dari  terilin. Cacing rambut  yang  didapat  dan  masih  bercampur  dengan media budidaya dimasukkan ke dalam ember atau bak yang diisi air, kira-kira 1 cm di atas media budidaya agar cacing rambut naik ke permukaan.  Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama 6 jam. Setelah itu cacing yang menggerombol diambil dengan menggunakan tangan.
j.        Dengan  cara  ini  diperoleh  cacing  tubifex sebanyak 30 - 50 g / m2 per 2 minggu.

Nilai Nutrisi, Kelebihan-Kekurangan sebagai pakan alam
Cacing sutra (Tubifex sp) memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi. Kandungan protein cacing sutra berkisar antara 40%-60%. Sedangkan kandungan lemaknya berkisar antara 13%-21%. Protein sangat dibutuhkan oleh ikan dalam membentuk dan memperbaiki jaringan dalam tubuh ikan. Protein tinggi dalam makanan juga dapat membantu ikan untuk memproduksi telur atau sperma dengan kualitas baik dengan jumlah yang relatif banyak. Lemak juga dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber energi untuk bergerak.
Cacing sutra juga sangat membantu dalam proses penjinakan ikan karena hampir semua jenis ikan, baik karnivora maupun herbivora menyukai cacing sutra. Dalam hal ini bisa membantu dalam tahap pengenalan pakan buatan kepada ikan. Menurut Adam, et al (2013) yang menyatakan bahwa cacing sutera (Tubifex Sp), ini mengandung protein yang cukup tinggi yaitu diatas 50%.
Cacing sutra yang ada dipasaran didapat dari alam. Jadi kemungkinan cacing sutra tersebut membawa penyakit atau parasit. Untuk mencegah tertular penyakit dari cacing, cuci sampai bersih cacing dan rendam dalam air bersih sebelum diberikan pada ikan.
Cacing sutra juga tidak dapat bertahan hidup lama apabila tidak adanya perlakuan khusus. Dan apabila cacing sutra mati, akan menimbulkan aroma yang sangat tidak sedap. Jika cacing sutra mati dalam aquarium atau kolam ikan, bisa mengakibatkan meningkat jumlah amoniak secara drastis. Peningkatan amoniak ini bisa menjadi racun bagi ikan dalam aquarium atau kolam.Perlakuan khusus yang dimaksud dapat berupa pemberian aerator atau bahkan wadah penyimpanan dialiri dengan air.Yang paling bagus adalah dengan mengairi wadah terus menerus. Selain bertahan hidup lebih lama, apabila air yang mengairi cacing itu terdapat bahan makanan yang memadai, tidak menutup kemungkinan cacing malah dapat berkembang biak walaupun dalam jumlah yang sedikit.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar