IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1.Gambaran Umum Lokasi
Lokasi
budidaya udang vaname (L.vannamei) yang
dimiliki Pokdakkan Sido rukun di Kecamatan Kaliwungu yaitu lokasi tambak yang
berada 1,5 kilomater dari pantai atau muara yang merupakan sumber air laut atau
payau. Lokasi tambak budidaya udang vaname sistem intensif ini bersebelahan
dengan sungai yang mengalir ke laut dengan jarak sekitar 1,5 kilometer. Kawasan mangrove terletak 1,5 km dari lokasi
budidaya udang vaname milik Bapak Supardi. Kondisi sungai tersebut sedikit
tercemar karena berwarna coklat dan terdapat sampah di pinggir sungai tersebut,
sungai tersebut berperan sebagai sumber air pemasukan sekaligus tempat
pembuanagan limbah budidaya. Lokasi budidaya udang vaname (Litopaneus
vannamei) sistem intensif milik Bapak Supardi
ini juga terletak dalam kawasan industri yaitu Kawasan Industri Kendal (KIK).
Gambar 1. Gambaran
umum lokasi
(Sumber : Google earth)
4.1.2. Tata Letak Tambak
Berdasarkan hasil observasi pada
tambak intensif budidaya udang vaname (L.vannamei) milik
Pokdakan Sido rukun, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, tambak intensif ini
berlokasi sekitar 1,5 kilometer dari
pinggir pantai dan 7 meter dari sungai (sumber air tawar). Tambak ini memiliki
ukuran luas 0,5 ha. Pematang dan pelataran tambak dibiarkan alami dari tanah pertambakan
yang diuruk. Tambak ini memiliki saluran inlet yang berada di tengah tambak. Letak
tambak dekat dengan saluran air tawar (sungai) dan juga terdapat
berbagai tumbuhan hijau atau mangrove. Data lengkap tata letak tambak dan gambar tata letak tambak pokdakkan
Sido rukun dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Tata letak Tambak
No
|
Parameter
|
Ukuran
|
1
|
Panjang Tambak
|
48,70 m
|
2
|
Lebar Tambak
|
36 m
|
3
|
Kedalaman
|
75 cm
|
4
|
Kemiringan
|
0,24 m
|
5
|
Tanggul primer
|
10 m
|
6
|
Tanggul sekunder
|
2,17 m
|
7
|
Tanggul Tersier
|
1,57 m
|
8
|
Pematang
|
3 m
|
9
|
Lebar central drain
|
3,4 m
|
10
|
Panjang central drain
|
5,1 m
|
11
|
Kedalaman central drain
|
60 cm
|
4.1.3. Kualitas air
Nilai kualitas air yang
didapatkan pada praktikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur tersaji pada
tabel 2.
Tabel 2. Nilai
Kualitas Air Tambak Pokdakkan
Sido rukun
Parameter
|
Variabel
|
Nilai
|
Kimia
|
Oksigen terlarut
|
4-7,5 ppm
|
|
Salinitas
|
15-25 ppt
|
|
pH
|
6,5-8
|
Fisika
|
Suhu
|
25°C-31°C
|
|
Kedalaman
|
70-120 cm
|
Biologi
|
Plankton
|
-
|
4.1.4. Manajemen Pemberian
Pakan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan maka dapat diketahui bahwa pakan yang digunakan di tambak berupa
pakan crumble dan pelet. Merk pakan yang diberikan pada udang vannamei yaitu
global feed yang mengandung
protein sebesar 33%. Pemberian
pakan dilakukan secara manual oleh pegawai yang diberikan empat kali dalam
sehari yaitu pada pukul 07.00.,11.00., 15.00 dan 19.00. Pengontrolan pakan dilakukan dengan menggunakan
teknologi anco. Cara
mengatasi sisa pakan yang terdapat di tambak yaitu dengan melakukan penyiponan.
4.2. Pembahasan
4.2.1 Analisa Lokasi Budidaya
Berdasarkan praktikum Manajemen
Tata Lingkungan Akuakultur yang telah dilakukan maka dapat diperoleh hasil
bahwa lokasi praktikum berada di daerah kawasan industri Kendal, Kaliwungu,
Kendal. Lokasi tambak berada disekitar
daerah aliran sungai. Sehingga untuk sumber air berasal dari sungai
tersebut dan berfungsi sebagai suplai air laut pada tambak yang dilewatkan
melalui aliran sungai yang berujung ke muara dan masuk melaui inlet, dan
menggunakan air bor atau air tanah sebagai sumber air tawarnya. Sebelum masuk ke kolam budidiya air sungai
ditreatment
terlebih dahulu dalam tandon
kemudian baru diisikan ke tambak menggunakan pompa air. Hal ini diperkuat oleh Aliah (2012) yang
menyatakan bahwa air dari sumber utama, sebelumnya telah mengalami pengolahan
baik secara fisik melalui pengendapan maupun secara biologis (treatment algae
dan kekerangan). Sedangkan air buangan kolam produksi, selain kualitas airnya
masih cukup baik, stabil dan layak digunakan kembali, untuk (pengendapan)
maupun secara biologis (algae dan kekerangan) sebelum dimasukkan kembali ke
saluran pemasukkan.
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan aksesbilitas untuk ke tambak dekat dengan pemukiman
dan jalan yang sudah beraspal namun memasuki area tambak jalan masih tanah
berbatu. Disamping dari tambak udang
milik kelompok tani Sido rukun terdapat kawasan industri Kendal, tambak
tersebut terancam mengalami reklamasi oleh para industri dan pabrik disekitar
daerah tersebut. Kandungan pirit/besi (Fe) manjadi salah satu kendala dalam
budidaya ini. Manajemen ligkungan budidaya yang baik dan ramah lingkungan
sangat diperlukan dalam mengelola usaha budidaya ini. Kandungan besi yang
tinggi kemungkinan dari hasil limbah pabrik disekitar tambak tersebut. Hal ini
diperkuat ole Zen et al. (2015), yang menyatakan bahawa
aktivitas industri yang secara tidak langsung membuang limbah cairnya ke
perairan laut, adanya pembuangan limbah industri tersebut diduga dapat
mencemari lingkungan perairan dan organisme yang hidup di dalamnya. Di ketahui
bahwa zat beracun yang mencemari perairan salah satunya dari logam berat.
Sistem dari
pergantian air di tambak udang vaname
pokdakan Sido rukun menggunakan pompa sehingga pada
saat perggantian tambak akan memindahkan air ke tandon untuk ditreatmen
terlebih dahulu, namun pada tambak disini lebih banyak menggunkan air bor yang
tidak perlu dilakukan perlakuan (treatment)
sehingga air langsung dialirkan pada tambak udang. Lokasi tambak berada
disekitar daerah aliran sungai merupakan
sumber pasokan air laut sekaligus tempat pembuangan limbah budidaya udang
vaname. Budidaya udang vaname dengan sistem intensif ini menghasilkan limbah
pakan dan hasil metabolisme udang yang banyak terkandung didalam perairan.
Sungai yang menjadi sumber pasokan air sekaligus tempat pembuangan limbah akan
berdampak buruk bagi kultivan budidaya karena bahan organik maupun anorganik
sisa pakan dan kotoran akan terkumpul dalam ekosistem sungai tersebut. Hal ini
diperkuat oleh Ramadan et al. (2012), yang menyatakan bahwa
sungai merupakan sumber air permukaan yang rentan terhadap pencemaran. Sungai
mempunyai daya tampung beban pencemaran oleh limbah. Daya tampung pencemaran
adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban
pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar. Dengan masuknya
limbah ke dalam air sungai akan menyebabkan konsentrasi oksigen berkurang.
Tingkat serangan penyakit tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang
menyerang ikan, kondisi lingkungan dan daya tahan tubuh ikan juga turut memacu
cepat tidaknya penyakit itu menyerang ikan.
4.2.2.Tata
Letak Tambak
Berdasarkan hasil observasi pada tambak
intensif budidaya udang vaname (L.vannamei)
milik Pokdakan Sido rukun, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, tambak
intensif ini berlokasi sekitar
1,5 kilometer dari pinggir
pantai dan 7 meter dari sungai (sumber air tawar). Tambak ini memiliki
pematang dengan ketinggian 1,5-2,8 meter dengan ketinggian air 1,2 meter.
Pematang dan pelataran dibiarkan alami dari tanah pertambakan yang diuruk.
Tambak ini memiliki saluran inlet yang berada di tengah tambak .Tambak ini
memiliki ukuran luas 0,5 ha. Kemiringan tambak 0,24 m, kedalaman 3,4 m, panjang
48,70 m dan lebar tambak sebesar 36 m. Jarak tersebut menunjukkan bahwa letak
tambak berada di daerah yang sesuai. Hal ini dinyatakan oleh Yulianda (2008)
bahwa jarak tambak dari sungai 10 – 1000 m maka termasuk kategori sangat
sesuai. Kemiringan 0 -3 % dalam
kategori sangat sesuai, kedalaman tanah >150 cm termasuk dalam kategori
sangat sesuai dan jarak dari sungai.
Sepanjang pinggir pantai dengan
tambak terdapat berbagai tumbuhan mangrove yang sangat bermanfaat sebagai
penyangga. Daerah penyangga berupa lahan yang berbatasan dengan sungai yang
tidak digunakan untuk pemeliharaan udang, melainkan untuk tempat tumbuhnya
vegetasi mangrove yang merupakan tanaman asli di daerah tersebut. Areal ini
disediakan sebagai jalur hijau. Dengan adanya daerah pelindung, maka angin laut
yang kencang dapat ditahan oleh vegetasi mangrove yang tumbuh di daerah
tersebut sehingga kerusakan pematang karena erosi yang ditimbulkan oleh angin
dapat berkurang. Hal ini diperkuat Halidah et al. (2008), yang menyatakan bahwa
fungsi utamanya sebagai pelindung kawasan pesisir pantai timur dari terpaan
gelombang laut penyebab abrasi, intrusi air laut dan genangan air pasang (rob),
masuknya air laut dan mengge-nangi wilayah daratan pantai karena air pasang.
Hal ini juga diperkuat oleh Aksornkoae (1993)
dalam Khaery (2016), yang
menyatakan bahwa ekosistem mangrove mempunyai kemampuan meredam gelombang
pasang dan angin kencang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi; dan ketiga
sebagai pengendali banjir. Fungsi ini akan hilang jika hutan mangrove
ditebang atau mengalami degradasi
4.2.3. Analisis Kualitas air
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
diketahui bahwa pada tambak tersebut mempunyai nilai DO (Dissolved oxygen) sebesar 4-7,5 ppm dan masih termasuk dalam kategori normal dengan
suhu perairan adalah 25-31oC, salinitas 15-25 ppt, pH 6,5-8 dan
kedalaman 70-120 cm. Menurut Putra et al. (2014), yang menyatakan bahwa pengukuran
kadar DO (Dissolved Oxygen) pada ketiga tambak tersebut dihasilkan data
3,15 – 5,23 mg/l. Kisaran tersebut masih dalam kisaran normal, hal ini
disebabkan karena adanya 8
- 10 buah kincir air yang dinyalakan, selain itu juga berasal dari fotosintesis
dari fitoplankton serta difusi oksigen dari udara. Pada tambak intensif dengan
kepadatan yang tinggi, kadar DO (Dissolved Oxygen) yaitu pada titik
kritis oksigen diusahakan kadarnya tidak boleh kurang dari 4,00 mg/l. Hasil
yang didapatkan untuk pengukuran nilai pH pada penelitian berkisar antara 7,04
– 7,88. Nilai pH tersebut masih dapat dikatakan layak untuk kegiatan budidaya
udang. Pada penelitian ini, nilai suhu yang didapat berkisar antara 27,0 – 30,1ºC
masih berada dalam nilai optimal dalam budidaya udang. Variasi suhu ini dapat
diakibatkan oleh cuaca pada saat pengambilan sampel. Kisaran suhu yang layak
bagi pertumbuhan udang adalah 26 – 32ºC.
Kualitas air
turut mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari organisme
perairan yang dibudidayakan. Kelangsungan hidup ikan disebabkan oleh banyak
faktor, satu diantaranya adalah padat tebar ikan yang terlalu tinggi. Padat
tebar merupakan suatu faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dalam persaingan ruang gerak, dan
konsumsi oksigen. Pengukuran kualitas air pada tambak tidak dilakukan secara
rutin. Air yang masuk pada tambak di dapatkan dari saluran outlet dari tambak
yang berada di sebelahnya atau tambak sebelumnya sehingga kualitas air pada
setiap petakan tambak berbeda- beda dan semakin buruk pada tambak yang berada
cukup jauh dari sungai Karanganyar sebagai sumber air budidaya. Sebagaimana
hewan akuatik lainnya, aktivitas hidup udang vannamei sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungannya, bahkan udang vannamei memiliki kerentanan yang tinggi
terhadap kualitas media pemeliharaan yang kurang baik (Purnamasari et al., 2017).
Salah satu faktor yang
mempengaruhi kondisi tambak udang adalah terjadinya penurunan kualitas air
serta kerusakan sedimen. Ini dapat terjadi akibat dari tingginya kadar bahan
nitrogen anorganik, senyawa organik karbon dan sulfida baik yang berasal dari
sisa pakan, kotoran udang atau pemupukan dalam jangka panjang. Meningkatnya
senyawa Amonia ini, akan meningkatkan pertumbuhan dan kepadatan fitoplankton.
Kepadatan fitoplankton yang tinggi menimbulkan peristiwa ledakan populasi ("blooming"), yang diikuti
oleh kematian masal ("die off")
fitoplankton. Peristiwa ledakan populasi dan kematian masal fitoplankton akan
memperburuk kualitas air tambak, sehingga produksi udang menurun. Penurunan
kualitas air tambak dapat pula memacu timbulnya berbagai macam penyakit pada udang.
Sekeliling tambak yang diamati terdapat tumbuhan mangrove yang sangat
bermanfaat untuk menjaga tambak dari adanya erosi. Selain itu, adanya tumbuhan
mangrove dapat menunjang kelimpahan plankton yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan alami udang sebagai indikator kesuburan perairan. Adanya hutang mangrove
sangat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton suatu perairan. Hal ini diperkuat oleh Tarunamulia et al. (2016), yang menyatakan bahwa rendahnya kelimpahan
plankton di lokasi penelitian, diduga karena keberadaan hutan mangrove di
kawasan pertambakan tersebut sudah sangat kurang. Padahal keberadaan areal
hutan mangrove dapat mempertahankan kesuburan perairan pada suatu kawasan
pertambakan. Berkurangnya hutan mangrove pada kawasan pertambakan tersebut
tentunya akan mengarah kepada terjadinya kerusakan habitat yang diperkirakan
dapat berpengaruh terhadap penurunan keragaman hayati termasuk keragaman
plankton.
4.2.4.Manajemen
Pemberian pakan
Manajemen Pemberian pakan yang dilakukan di tambak yaitu
dengan cara pemberian secara langsung oleh pegawai tambak. Pemberian pakan
dilakukan empat kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00.,11.00., 15.00 dan
19.00. Pakan yang diberikan
pada udang vanamei di tambak
ini yaitu pakan crumble dan pelet. Jumlah pakan yang diberikan pada udang akan
mempengaruhi pertumbuhan udang. Pemberian
pakan sebanyak empat kali dalam sehari diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
udang sehingga dapat meingkatkan pertumbuhan udang.
Salah satu penentu maksimumnya efisiensi pemanfaatan pakan adalah
frekuensi pemberian pakan. Hal ini diperkuat oleh Aslamyah dan Yushinta (2014), yang menyatakan bahwa semakin
tinggi laju pertumbuhan maka pemanfaatan pakan makin efisien.Tingginya konsumsi
pakan menyebabkan banyaknya nutrient yang terdeposit dalam menunjang pertumbuhan.
Spesies hewan air mempunyai tingkah laku dan kebiasaan makan
sendiri, serta mempunyai metabolisme rate dan kecepatan makan yang
berbeda.
Protein merupakan sumber energi selain karbohidrat
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan sedangkan lemak merupakan sumber
energi terbesar bagi tubuh ikan. Pakan
yang diberikan merupakan pakan buatan dengan merk global feed. Global feed
tersebut mengandung protein sebesar 33 %. Udang membutuhkan protein yang
optimal untuk mendukung pertumbuhannya. Menurut Kaligis
(2015), yang menyatakan bahwa dari beberapa kombinasi, pemberian protein 45% dan kalsium 2% dalam
pakan memberikan hasil yang terbaik terhadap laju pertumbuhan rerata harian,
efisiensi pemanfaatan pakan, rasio RNA/DNA, dan retensi protein pada PL udang
vaname yang dipelihara pada salinitas rendah. Perlakuan dengan kandungan
protein 45% dengan kalsium 2% merupakan kombinasi yang optimum karena kandungan
protein (asam amino) lebih banyak tersedia dalam pakan sehingga udang vaname
mampu secara efisien memanfaatkan kelebihan protein untuk pertumbuhan.
Pemberian pakan yang secara manual
dimana frekuensi pakan yang diberikan tidak selalu tetap sehingga dapat
menyebabkan menumpuknya sisa pakan. Sisa pakan dalam tambak yang tidak
dimanfaatkan dapat menyebabkan penurunan kualitas air dari tambak tersebut.
Oleh karena itu, untuk menangani hal tersebut dilakukan penyiponan tambak. Hal
ini diperkuat oleh Syah et
al.
(2014), yang menyatakan bahwa sisa
pakan merupakan faktor kunci yang mempengaruhi penurunan kualitas air tambak, sementara
udang yang mati di tambak memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan sisa
pakan maupun feses terhadap penurunan kualitas air. Oleh karena itu, sisa pakan
yang mengendap di dasar tambak harus segera dibuang untuk menjaga stabilitas
kualitas air dalam kondisi yang baik bagi kehidupan dan pertumbuhan udang yang
dipelihara.
Pakan
yang diberikan pada udang vanamei jenis pelet dari Global feeds yang mengandung
protein 33%. Pemberian pakan sebanyak empat kali dalam sehari yang disesuaikan
dengan bobot biomassa udang. Udang vanamei merupakan udang yang bersifat
kanibalisme sehingga pemberian pakan harus sesuai baik waktu maupun jumlahnya.
Pakan buatan dapat diberikan sebanyak 25 - 45 % dari berat biomassa udang
ukuran juvenil. Hal ini diperkuat Nuhman (2009), yang menyatakan bahwa Kelangsungan
hidup udang vannamei (L.vannamei) dengan prosentase pakan sebesar 20
- 50 % dari berat biomassa / hari adalah ukuran yang ideal sehingga
udang tidak mengalami kekurangan pakan atau kelebihan pakan, bahkan dengan
cara pemberian pakan yang dilakukan sebanyak empat kali sehari
memungkinkan udang vannamei tidak berebutan dalam mencari makan sehingga
tidak menimbulkan kanibalisme yang dapat menurunkan nilai tingkat
kelangsungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah.
R. S . 2012. Keragaan Model Budidaya Perikanan Terintegrasi Multi Tropik Di
Pantai Utara Karawang, Jawa Barat. Jurnal Teknik Lingkungan. 13(1) : 47-58
Arsyad,
S., Ahmad, A., Atika, P, P., Betrina, M, V., Dhira, K, S., Nanik, R, B. 2017.
Studi Kegiatan Budidaya Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) dengan Penerapan Sistem Pemeliharaan Berbeda.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 9(1): 1-14.
Aslamyah.S dan Yushinta.F.2014. Frekuensi pemberian pakan buatan berbasis
limbah untuk produksi kepiting bakau cangkang lunak. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan)..24 (1) :44-52
Budiardi, T,
I. Widyaya dan D. Wahjuningrum. 2007. Hubungan Komunitas Fitoplankton Dengan
Produktivitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Biocrete.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 119–125
Dede,
H., Riris, A., Gusti, D. 2014. Evaluasi Tingkat Kesesuaian Kualitas Air Tambak
Udang Berdasarkan Produktivitas Primer PT. Tirta Bumi Nirbaya Teluk Hurun
Lampung Selatan (Studi Kasus). Maspari Journal. 6(1): 32-38.
Elfunurfajri,
Feridian. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton Serta Keterkaitannya Dengan
Kualitas Perairan Di Lingkungan Tambak Udang Intensif. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor Bogor
Ghufran,
Kordi. 2010. Pintar Budidaya Ikan Ditambak Secara Intensif. Yogjakarta:
Lily Publisher.
Halidah.,Saprudin
dan Chairil.A.2008. Potensi
dan ragam pemanfaatan mangrove untuk pengelolaannya di sinjai timur, sulawesi
selatan.5(1):67-78
Hidayat,
M dan Supriyadi. 2016. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha Budidaya
Pembesaran Udang Vanname (Litopenaeus Vannamei) Di Kecamatan Brondong Kabupaten
Lamongan Jawa Timur. J. Agosains. 3(1): 2407-6287
Kaligis, Erly
Yosef. 2010. Peningkatan Sintasan Dan Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei, Boone) Di Media Bersalinitas Rendah. Institut Pertanian Bogor
Bogor.
Kaligis.E.2015.
Respons pertumbuhan udang vaname (litopenaeus
vannamei) di media bersalinitas rendah dengan pemberian pakan protein dan
kalsium berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.7(1):225-234
Khaery.A.,Cecep.K
dan Yudi.S.2016. Strategi pengelolaan
ekosistem mangrove di desa passare apua kecamatan lantari jaya kabupaten
bombana provinsi sulawesi tenggara.Jurnal Silvikultur Tropika.7(1):38-44
Krisanti,
Majariana dan Z Imran. 2005. Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Ekas untuk
Pengembangan Kegiatan Budidaya Ikan Kerapu dalam Karamba Jaring Apung. Institut
Pertanian Bogor.
Kusuma, Rezqi
Velyan Surya. 2009. Pengaruh Tiga Cara Pengolahan Tanah Tambak Terhadap
Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus vannamei. Program Studi Teknologi
Dan Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Mahmud,
U., K. Sumantadinata dan N. H. Pandjaitan. 2007. Pengkajian Usaha TambakUdang
Windu Tradisional di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal MPI. 2(1):
1-16 hlm.
Makmur.R
dan Mat.F.2011. Hubungan antara kualitas
air dan pl ankton di tambak kabupaten tanjung jabung barat provinsi jambi.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Mansyur.A.,M.Nur.S dan Brata.P.2013. Pengaruh pemberian pakan bergilir dan
penambahan sumber c terhadap kondisi kualitas air dan produksi udang vaname (litopenaeus
vannamei). prosiding forum inovasi
teknologi akuakultur:513-522
Mukarromah,
A., I, Yulianti., Sunaryo. 2016. Analisis Sifat Fisika Kualitas Air di Mata Air
Sumber Asem Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran, Kecamatan Garung, Kabupaten
Wonosobo. Jurnal Fisika Unnes. 5(1): 40-45.
Musanto,
Trisno.2004.
Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan:
Studi Kasus pada CV. Sarana Media
Advertising Surabaya. Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan.6
(2). 123-136
Mustafa,
A. 2008. Disain, Tata Letak, dan Konstruksi Tambak. Media Akuakulatur. 2(3) :
166-174
Nababan.E.,Iskandar.P
dan Rusliadi.2015. Pemeliharaan udang
vaname (litopenaeus vannamei) dengan persentase pemberian pakan yang berbeda.
Noor,
A. 2009. Model Pengelolaan Kualitas Lingkungan Berbasis Daya Dukung (Carriying
Capacity) Perairan Teluk Bagi Pengembangan Keramba Jaring Apung Ikan
Kerapu. Studi Kasus Di Teluk Tamiang Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan
Selatan.
Nuhman.2009. Pengaruh prosentase pemberian pakan terhadap
kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan udang vannamei (litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan.1(2):193-197
Purnamasari,
I., D. Purnama, dan M. A. F. Utami. 2017. Pertumbuhan Udang Vanme (Litopenaeus
vannamei) di Tambak Intensif. Jurnal Enggano. 2(1): 58-67 EISSN: 2527-5186.
Putra.S.J.W.,Mustofa.N
dan Niniek.W.2014. Analisis
hubungan bahan organik dengan total bakteri pada tambak udang intensif sistem
semibioflok di bbpbap jepara.3(3):121-129
Ramadan.
S. A. R, N. Abdulgani, dan N. Triyani. 2012. Perbandingan Prevalensi Parasit Pada
Insang dan Usus Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Tertangkap di Sungai
Aloo dan Tambak Kedung Peluk, Kecamatan Tanggulangin. Jurnal Sains dan Seni
ITS. 1(1) : 36-39
Syah.R.,Makmur dan Muhammad.C.U.2014. Estimasi beban limbah nutrien pakan dan daya
dukung kawasan pesisir untuk tambak udang vaname superintensif. J. Ris. Akuakultur .9(3): 439-448
Tarunamulia.,Kamariah dan Akhmad.M.2016. Keterkaitan spasial kualitas lingkungan dan
keberadaan fitoplankton berpotensi habs pada tambak ekstensif di kecamatan
losari kabupaten cirebon, jawa barat.Jurnal Riset Akuakultur.11(2):181-195
Wahida.H dan Firman.M.2017. Pelaksanaan perjanjian bagi hasil tambak di kelurahan
pundata baji kecamatan labakkang kabupaten pangkep. 4(1):58-65
Yulianda.F.2008. Kajian kesesuaian
dan daya dukung lingkungan tambak berbasis spasial di wilayah pesisir kabupaten
aceh utara, pantai timur provinsi nanggroe aceh darussalam1. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia.15(2):157-163
Zen. L. Z, D. Darusman , N. Santoso. 2015. Strategi
Mata Pencaharian Masyarakat Berkelanjutan Pada Ekosistem Mangrove Di Wonorejo,
Kota Surabaya. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. 2 (3): 230-242