Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba
jaring apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan
pantai timur Bangka Tengah
Budidaya laut merupakan suatu kegiatan atau upaya yang
dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan produksi suatu organisme dan
melestarikan kemampuan lingkungan tersebut agar menjadi lingkungan yang dapat
dimanfaatkan. Aktivitas masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah selain sebagai
penambang mereka juga sebagai nelayan tradisional. Perekonomian masyarakat
masih didominasi oleh hasil penambangan yang telah dilakukan. Kegiatan
penambangan yang sangat banyak menimbulkan dampak dengan tercemarnya perairan
karena limbah dari kegiatan penambangan tersebut. Masalah tersebut yang menjadi
perhatian pemerintah, untuk menanggapi hal tersebut maka diperlukan kegiatan
alternatif untuk beralih profesi seperti budidaya ikan di laut.
Penggunaan
teknologi SIG dapat membantu analisis untuk memilih lokasi yang tepat
berdasarkan data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan. Hasil analisis
kesesuaian lokasi budidaya berupa data tematik spasial pesisir dan laut diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan bagi para perencana/stakeholder dalam
menentukan suatu wilayah pesisir yang sesuai dengan potensi dan daya dukungnya.
Data kualitas perairan dikumpulkan berasal dari tujuh titik stasiun yang
mewakili lokasi pengamatan, untuk menganalisa secara spasial, titik-titik
tersebut terlebih dahulu dilakukan interpolosi. Beberapa metode untuk melakukan
interpolasi diantaranya metode trend, spline, krigging dan
Inverse Distance Weight, (IDW). Dari hasil pengukuran dan analisa
sampel air pada masing-masing stasiun, selanjutnya diolah dengan menggunakan software
Arc View 3.2 pada menu image analysis dilakukan interpolasi
dengan metode IDW hingga menghasilkan layer data spasial masing-masing
parameter kualitas perairan.
Hasil dan Pembahasan
Kesesuaian berdasarkan faktor lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan nilai kedalaman perairan
berkisar dari 7 – 18 m, nilai ini berdasarkan Kepmenneg-KLH masih layak untuk
budidaya laut. Berdasarkan hasil pemetaan kelayakan lokasi, nilai kedalaman
berada dalam kategori sangat layak hingga tidak layak untuk budidaya laut.
Untuk budidaya ikan dalam KJA 28.687 ha (22,46%) yang sangat layak, sedangkan
sisanya tidak layak. Berdasarkan hasil pemetaan kelayakan lokasi, nilai
kecerahan berada dalam kategori sangat layak dan layak untuk komoditas budidaya
laut dengan luasan 89.884 ha (70,36%) yang sangat layak, sedangkan sisanya
berada dalam kategori layak. Berdasarkan hasil pemetaan kecepatan arus,
didapatkan luasan wilayah secara umum sangat layak, layak dan layak bersyarat
untuk pengembangan budidaya ikan dalam keramba dengan luasan yang sangat layak
49.678 ha (38,89%), 76.177 ha (59,63%) layak dan sangat sedikit yang layak
bersyarat 1.891 ha (1,48%).
Kesesuaian berdasarkan faktor kualitas air
Suhu perairan hasil penelitian ini berkisar 29,26 – 29,38 0C,
kisaran suhu ini berada dalam kategori sangat layak untuk perairan. Hasil
pemetaan kelayakan lokasi berdasarkan parameter suhu, menunjukkan bahwa semua
lokasi penelitian sangat layak (127.746 ha; 100 %) untuk dikembangkan budidaya
laut terhadap komoditas ikan, rumput laut dan tiram. Salinitas perairan hasil
penelitian 32,62 – 32,74 ppt, kisaran ini masih baik untuk kegiatan budidaya
baik perikanan, rumput laut maupun tiram hasil pemetaan kelayakan lokasi
berdasarkan parameter salinitas, juga menunjukkan semua lokasi penelitian
sangat layak untuk dikembangkan budidaya laut terhadap komoditas ikan, rumput
laut dan tiram. Hasil pemetaan derajat keasaman untuk komoditas ikan dan rumput
menunjukkan hasil yang sama seperti halnya suhu dan salitas yaitu sangat layak
semua lokasi. Namun berbeda untuk tiram mutiara yang membutuhkan pH optimum
pertumbuhannya yang lebih rendah 6,75 – 7,0 (hasil pengukuran lapangan 7,95 – 8,20)
dibandingkan ikan dan rumput laut, sehingga kelayakan lokasi hanya 36.688 ha
(28,27%) berada dalam kategori layak dan sisanya 71,28 % tidak layak. Hasil
penelitian menunjukkan kisaran 4,15 – 4,67 mg/l, Hasil pemetaan oksigen
menunjukkan bahwa kelayakan oksigen untuk budidaya ikan semua lokasi berada
pada kategori layak bersyarat (100%) artinya membutuhkan perlakuan khusus jika
dilakukan budidaya dengan memasang aerator untuk meningkatkan oksigen.
Kesesuaian berdasarkan komoditas ikan kerapu
Di Indonesia terdapat tujuh genus ikan kerapu, dari ikan
kerapu tersebut, ikan kerapu sunuk atau kerapu merah (Plectrocopomus leopardus)
dan ikan kerapu lumpur jenis Epinephelus suillus yang banyak
dibudidayakan oleh petani, karena jenis ikan ini pertumbuhannya lebih cepat
daripada jenis ikan kerapu lainnya dan benihnya selain diperoleh dari alam
(penangkapan) juga sudah dapat dihasilkan dari balai benih. Berdasarkan hasil
pemetaan kelayakan lokasi untuk pengembangan usaha budidaya laut didapatkan
lokasi sangat layak dan layak berdasarkan gabungan faktor lingkungan serta
semua lokasi sangat layak berdasarkan gabungan faktor kualitas air Hasil
gabungan kedua faktor ini menunjukkan bahwa hampir semua lokasi lokasi sangat
layak untuk kembangkan budidaya ikan dalam keramba jarring apung. Walaupun dari
hasil pemetaan bahwa secara umum wilayah perairan timur Bangka Tengah sangat
layak dilakukan usaha pengembangan budidaya ikan dalam KJA, namun
pemanfaatannya harus memperhatikan keberlanjutan karena budidaya ikan dapat
menimbulkan dampak lingkungan berupa kotoran ikan dan sisa pakan. Oleh karena
itu perlu dipadukan dengan budidaya rumput laut.
Baca selengkapnya dapat di lihat pada
artikel http://jurnal.unsyiah.ac.id/depik/article/view/30/25